Sebelum adanya kasuh Virus
Covid-19, Sinar Matahari memang kita kenal sebagai sumber energi dan kesehatan
tubuh manusia. Salah satu manfaat sinar matahari adalah kandungan Vitamin D
nya. Tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin D dengan sendirinya.
Terlebih, kandungan vitamin D ternyata cukup terbatas hanya dari jenis-jenis
makanan tertentu saja. Solusi mudah dan praktis di dalam mencukupi asupan
vitamin D adalah dengan memanfaatkan pajanan sinar matahari di pagi hari.
Namun, pekan ini publik diramaikan
dengan informasi yang belum jelas kebenarannya. Informasi bahwa paparan sinar
matahari dapat membunuh Virus Covid-19 beredar luas bahkan banyak yang
mengikuti informasi ini dengan sering berjemur. Akan tetapi faktanya tidak
demikian, meskipun satu sisi paparan sinar matahari terbukti meningkatkan
kekebalan tubuh namun tidak dapat membunuh virus termasuk Covid-19.
Berdasarkan keterangan dari Wakil
Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman,
Herawati Sudoyo dalam situs resmi Kominfo. Beliau menjelaskan bahwa belum ada
penelitian mengenai virus corona yang bisa mati karena suhu. Herawati
menambahkan bahwa virus corona bisa mati jika dipanaskan pada suhu 56 derajat
celsius selama 30 menit. Sedangkan suhu di Indonesia tidak sampai 56 derajat
celsius. Sinar ultraviolet pun tidak dapat menembus intensitas yang dibutuhkan
untuk membunuh virus.
Mengutip VIVA.co.id, Spesialis
Penyakit Dalam, dr Suzy Maria Sp.PD, mengatakan sinar matahari tak bisa
membunuh virus dan bakteri di dalam tubuh. Berbeda dengan lampu yang memiliki
sinar khusus yang bisa mematikan virus, bakteri, dan jamur. UNICEF juga telah
membantah bahwa pihaknya pernah menyarankan orang berjemur untuk membunuh virus
corona Covid-19.
Charlotte Petri Gornitzka, wakil
direktur eksekutif UNICEF Untuk Kemitraan menyebutkan beberapa informasi yang
salah dan palsu tentang virus corona Covid-19. Charlotte Petri meluruskan bahwa
informasi itu tidak benar dan UNICEF menyarankan masyarakat tidak memercayai
atau melakukan informasi tersebut.
Padahal, hal sederhana yang
kadang orang malas melakukannya, yaitu penggunaan sabun untuk cuci tangan dan
mandi merupakan cara lebih ampuh dan pasti berdasarkan fakta ilmiah dapat
membunuh virus termasuk Covid-19. Penggunaan sabun, oleh organisasi The
Association for Professionals in Infection Control and Epidemology (APIC) dan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, disebut mampu
membunuh dan menghambat pertumbuhan organisme serta mengurangi jumlah mikroba
lebih lanjut.
Produk yang dimaksud adalah
detergen atau sabun yang mengandung antiseptik Providone Iodine atau PVP-I.
Jenis antiseptik ini diklaim terbukti secara klinis memiliki spektrum luas
terhadap virus, bakteri, dan kuman patogen, termasuk terhadap virus seperti
MERS-COV dan SARS-COV. dr. Murtaza Qasuri dari Medical Director Mudhiparma
South East Asia pernah menjelaskan ada dua mekanisme kerja iodine pada detergen
antiseptik sehingga mampu membunuh mikroorgnaisme seperti virus, bakteri,
maupun jamur. Mekanisme pertama, iodine disebut mampu berinteraksi dengan lipid
atau lemak yang terdapat pada dinding sel setiap mikroorganisme. Iodine ini
lantas mengintervensi lemak tersebut sehingga pecah dindingnya, kemudian virus
mikroorganisme tersebut mati.